Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sambut Imlek 2574 perayaan Imlek 2023

 Sambut Imlek 2574, Berharap Kelinci Air Bawa Kedamaian

Setelah tiga tahun digelar terbatas karena pandemi Covid-19, perayaan Imlek kembali digelar di Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) atau Kelenteng Sumber Naga Kota Probolinggo. Masyarakat Tionghoa dan non Tionghoa begitu bersemangat mengikuti perayaan tahun baru Cina 2574 itu.

Meski perayaan Imlek baru dimulai pukul 20.00, namun Kelenteng Sumber Naga mulai dihadiri warga sejak pukul 16.00. Mereka ingin menyaksikan perayaan Imlek yang digelar di kelenteng setempat.

Masyarakat dihibur oleh berbagai pagelaran. Mulai wayang kulit semalam suntuk, barongsai, hingga tarian massal dari semua komunitas agama yang diikuti 90 orang. Sembahyang dilaksanakan pukul 22.30. Dan dilanjutkan dengan pesta kembang api pada pukul 00.30.

Ketua II TITD Sumber Naga, Erfan Sutjianto mengungkapkan, peringatan Imlek tahun ini sangat spesial. Karena ini perayaan Imlek pertama sejak peristiwa kebakaran yang terjadi pada 2019. Usai kebakaran, umat Tionghoa  tidak bisa merayakan Imlek di kelenteng karena ada pandemi sejak 2020.

Tahun ini pula, Dewa Kongco Tan Hu Cin Jin akan dipindahkan ke aula baru. Setelah sebelumnya diletakkan di pendapa timur karena adanya renovasi usai kebakaran. Pemindahan Dewa Kongco Tan Hu Cin Jin ini sebagai simbol bahwa kelenteng sudah berfungsi seperti sedia kala.

Erfan menyebut, perayaan Imlek tahun ini ditandai dengan datangnya tahun Kelinci Air menggantikan tahun Harimau Air. Sesuai dengan karakter kelinci yang damai dan lucu, diharapkan tahun ini bisa membawa kedamaian bagi Indonesia. Baik secara kesehatan, ekonomi, kerukunan dan kebersamaan.

“Tiga tahun tidak ada perayaan Imlek, tahun ini animo masyarakat begitu tinggi. Kami sangat bersyukur. Memang saat perayaan Imlek selalu ramai. Tapi ini lebih ramai dari sebelumnya,” ungkap Erfan.

Wali Kota Probolinggo, Hadi Zainal Abidin yang hadir menyebut, perayaan Imlek berjalan dengan lancar. Warga non Tionghoa  ikut datang ke kelenteng menyaksikan pagelaran pada puncak perayaan Imlek. Ini menunjukkan masyarakat bisa hidup rukun berdampingan meski berbeda kepercayaan.

“Kota Probolinggo adalah kota pendalungan. Dimana berbagai suku, agama, dan etnis hidup berdampingan. Saya harap toleransi yang sudan berjalan baik ini bisa terus dipupuk dan lebih baik lagi,” kata Habib Hadi.

Adi, salah satu warga Jalan Imam Bonjol mengaku, dirinya sengaja datang bersama keluarga ke kelenteng. Tujuannya tidak lain menyaksikan kemeriahan Imlek. Apalagi kelenteng telah menyiapkan berbagai hiburan bagi masyarakat.

“Sebenarnya lebih karena ingin melihat suasananya. Keramaian itu yang ingin saya lihat. Kalau hiburan itu hanya nilai plus saja,” sebutnya saat ditemui di Kelenteng Sumber Naga.